top of page

Untuk melihat lebih banyak studi Alkitab dalam bahasa Indonesia, klik di sini.

3. The First Disciples of Jesus

3. Murid-Murid Yesus yang Pertama

Yohanes 1:35-51

Injil Menurut Yohanes

 

Segala sesuatu yang Tuhan Yesus lakukan ketika Dia berada di bumi adalah dengan maksud untuk melatih murid-murid-Nya dengan memberikan teladan kepada mereka yang dipanggil oleh-Nya. Pelayanan-Nya dimulai dari kecil, tetapi seperti ragi yang ditambahkan kepada roti, ia perlahan bertumbuh dengan menyentuh kehidupan satu dengan yang lainnya (Matius 13:33) dan dengan demikian, menyentuh seluruh dunia. Itulah sebabnya, tepat di awal pelayanan-Nya, Yesus memulai kelompok kecil yang terdiri dari tiga belas orang. Dia akan menuntun kedua belas orang tersebut untuk memiliki hubungan dengan diri-Nya dan mengubah karakter mereka dengan memuridkan dan melatih mereka secara langsung. Kemudian, selama tiga tahun hubungan-Nya dengan mereka, Dia juga memberikan teladan cara melakukan hal yang sama dengan orang lain agar dapat bermultiplikasi.

 

Ketika kita mempertimbangkan jenis orang-orang yang dipilih Kristus untuk diajak, dilatih, dan dimultiplikasikan, kita melihat bahwa Dia tidak pergi ke sekolah menengah untuk menemukan mereka. Dia sengaja memilih individu seperti kita, yaitu orang-orang biasa, masyarakat sehari-hari. Kedua belas itu bukanlah mega bintang. Hal ini bertujuan agar Dia dapat mengajari kita sekarang ini bahwa tidak ada yang didiskualifikasikan untuk melayani Tuhan dan dipakai oleh-Nya.

 

Mereka yang telah berjalan bersama Tuhan untuk sesaat lamanya sering mendengar cerita-cerita luar biasa tentang bagaimana orang-orang telah bertemu dengan Tuhan Yesus dan begitu banyak yang berharap bahwa kisah perjumpaan mereka dengan Kristus akan lebih memuliakan Tuhan.

 

Seringkali, kita dapat melihat pada pribadi-pribadi yang dipakai oleh Tuhan, dan dengan mudah berpikir bahwa jika saja kita dilahirkan di negara yang berbeda, jika saja kita telah pergi ke sekolah Alkitab, jika saja kita bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, maka kita bisa berada dalam posisi yang lebih baik untuk melayani Tuhan. Namun, ketika kita memeriksa kitab-kitab Injil, kita melihat bahwa orang-orang yang Tuhan panggil bertemu Tuhan dalam banyak cara yang berbeda, dan tidak semuanya adalah kisah-kisah pertobatan yang hebat.

 

Hari ini, kita melihat kisah-kisah empat murid pertama yang bertemu dengan Kristus. Janganlah kita berpikir bahwa ada kontradiksi di Injil ini dengan ketiga Injil lainnya karena penulis Injil Yohanes menulis tentang pertemuan pertama mereka dengan Kristus; sedangkan, Injil lainnya berbicara tentang panggilan mereka untuk melayani.

 

Murid-Murid Yesus yang Pertama

 

35Pada keesokan harinya Yohanes berdiri di situ pula dengan dua orang muridnya. 36Dan ketika ia melihat Yesus lewat, ia berkata: “Lihatlah Anak domba Allah!”. 37Kedua murid itu mendengar apa yang dikatakannya itu, lalu mereka pergi mengikut Yesus. 38Tetapi Yesus menoleh ke belakang. Ia melihat, bahwa mereka mengikut Dia lalu berkata kepada mereka: “Apakah yang kamu cari?” Kata mereka kepada-Nya: “Rabi (artinya: Guru), di manakah Engkau tinggal?” 39Ia berkata kepada mereka: “Marilah dan kamu akan melihatnya.” Merekapun datang dan melihat di mana Ia tinggal, dan hari itu mereka tinggal bersama-sama dengan Dia; waktu itu kira-kira pukul empat. 40Salah seorang dari keduanya yang mendengar perkataan Yohanes lalu mengikut Yesus adalah Andreas, saudara Simon Petrus. 41Andreas mula-mula bertemu dengan Simon, saudaranya, dan ia berkata kepadanya: “Kami telah menemukan Mesias (artinya: Kristus).” 42Ia membawanya kepada Yesus. Yesus memandang dia dan berkata: “Engkau Simon, anak Yohanes, engkau akan dinamakan Kefas (artinya: Petrus).”

 

Ayat 29 dan 35 dari Injil Yohanes memberi tahu kita bahwa pada dua hari yang terpisah Yohanes Pembaptis telah menunjuk jauh dari dirinya kepada Tuhan Yesus, menyebut Kristus dengan sebutan “Anak Domba Allah.” Setelah mengarahkan orang-orang kepada pertobatan dan mempersiapkan hati manusia untuk menerima Mesias, Yohanes tiba pada akhir pelayanannya. Dia berusaha untuk mengalihkan para pengikutnya dari dirinya sendiri untuk mengikuti Kristus, Terang Dunia yang sejati. Sudah saatnya pengaruh Yohanes berkurang dan pelayanan serta pengaruh Yesus meningkat. Hamba Tuhan akan mencari kebaikan Sang Guru dan bukan dirinya.

 

Siapakah dua murid yang disebutkan di ayat 35? Kita diberitahu oleh penulis Injil Yohanes bahwa salah satunya adalah Andreas (Ayat 40), tetapi ia tidak memberi tahu kita siapa yang lain. Sangat mungkin bahwa Yohanes, penulis Injil itu sendiri yang bersama dengan Andreas. Kita berasumsi demikian karena kehidupan Yohanes begitu dipengaruhi oleh Yesus sehingga dia bahkan mengingat bahwa saat itu adalah jam sepuluh pada hari itu (4 sore) ketika mereka bertemu Kristus dan mulai mengikuti Dia. Hanya sedikit orang yang dapat melupakan hari dan jam ketika mereka bertemu Yesus, karena itulah waktu perubahan dalam hidup mereka.

 

Yohanes berulang kali mengabaikan penggunaan namanya sendiri di dalam Alkitab. Lima kali dalam Injilnya, ia menyebut dirinya sebagai “murid yang dikasihi Yesus” (Yohanes 13:23; 19:26; 20:2; 21:7; 21:20). Kerendahan hati Yohanes terpancar karena penolakannya untuk berbicara tentang dirinya sendiri. Mungkin dia mempelajari hal ini dari Yohanes Pembaptis yang ketika berbicara tentang Kristus telah berkata “Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil.” (Yohanes 3:30). Dia adalah seorang yang melihat bahwa Yesus mengasihinya secara pribadi. Rasul Paulus juga menulis tentang kasih Allah secara pribadi ini ketika dia menuliskan tentang persepsinya tentang kasih Kristus secara pribadi baginya:

 

Aku sudah disalibkan dengan Kristus, namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.” (Galatia 2:20).

 

Pertanyaan 1) Seberapa pentingkah iman kepada Allah untuk mengetahui bahwa Anda secara pribadi dikasihi oleh Allah? Bagaimana kita bisa bertumbuh dalam pengetahuan tentang kasih Allah yang intim? Menurut Anda apa yang perlu terjadi supaya Anda merasa aman dalam kasih Allah?

 

Penulis Injil Yohanes tampaknya memiliki kedalaman tentang perjalanannya dengan Allah, karena ia yakin dan aman dalam fakta bahwa ia dikasihi Allah. Ketika seseorang mengetahui bahwa ia sangat dikasihi oleh Tuhan, dia bisa melewati berbagai percobaan.

 

Ketika kita diberitahu bahwa kedua murid itu mengikuti Yesus (Ayat 37), itu tidak berarti dalam pengertian pemuridan; mereka benar-benar mengikuti Dia. Mereka berjalan di belakang Yesus, berharap untuk memiliki waktu pribadi bersama-Nya. Mereka ingin tahu. Mereka tidak mengenal Kristus, karena mereka belum bertemu dengan-Nya. Yang mereka tahu tentang Dia adalah dari khotbah Yohanes Pembaptis dan ia menyebut-Nya Anak Domba Allah.

 

Ketika seseorang ingin tahu tentang Kristus, itu disebabkan oleh adanya sesuatu yang dibangunkan, yaitu ada kebutuhan atau kehausan dalam jiwa seseorang. Yesus berkata: “Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman.” (Yohanes 6:44). Jika ada minat atau keinginan untuk mengetahui lebih banyak tentang Kristus, itu adalah indikasi yang baik bahwa Bapa sedang bertindak untuk menarik orang itu kepada Kristus.

 

Ketika Yesus menyadari kehadiran dua orang yang mengikuti-Nya, Dia berbalik dan bertanya kepada mereka apa yang mereka inginkan. Dia mengetahui rasa lapar mereka dan ingin memuaskannya. Saya menyukai hal itu dari Tuhan Yesus. Dia selalu punya waktu untuk orang-orang, sekalipun Dia bisa saja terus berjalan. Kebanyakan orang sibuk yang merupakan pemimpin membutuhkan ruang mereka sendiri dan waktu doa pribadi mereka sendiri, tetapi Kristus menyediakan waktu bagi mereka yang haus akan Tuhan.

 

Tuhan selalu membuat ruang dalam hidup-Nya untuk memuridkan mereka yang ingin mengikuti-Nya. Apakah Anda mengikuti-Nya dari jauh dahulu? Bagaimana Yesus mengundang Anda masuk? Apakah Anda ingin tahu tentang hal-hal mengenai Tuhan?

 

Mengikuti Kristus saja tidaklah cukup. Kita harus mengikuti-Nya untuk alasan yang benar. Kita harus kehilangan hidup kita untuk mengikuti Dia. “Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku.” (Lukas 14:27). Ada beberapa yang mengikuti Yesus untuk alasan politik, berharap bahwa Dia akan memimpin pemberontakan melawan penjajahan Romawi. Ada beberapa orang seperti Yudas yang memiliki motif campuran untuk mengikuti-Nya, seperti memasukkan tangannya ke dalam kantong uang dan mencuri sumber dana mereka (Yohanes 12:6). Yesus mengijinkan kedua orang yang mengikuti-Nya untuk menyuarakan apa yang ada di dalam hati mereka dengan mengajukan pertanyaan kepada mereka, “Apa yang kamu inginkan?” (Ayat 38).

 

Pertanyaan 2) Jika Kristus menanyakan kepada Anda pertanyaan itu, “Apa yang kamu inginkan?” Bagaimanakah Anda akan menjawab Dia? Apa yang Anda inginkan dari Dia?

 

Dimanakah Engkau tinggal?” adalah jawaban mereka. Seolah-olah mereka bertanya, “Dapatkah kami bersama-Mu ke tempat Engkau tinggal dan mengenal Engkau?” Betapa indahnya pengalaman itu, yaitu duduk bersama Yesus dan mengunjungi Dia ke tempat tinggal-Nya. Betapa agungnya ketika kita melihat Kristus menyambut mereka kembali ke tempat dimana Ia tinggal dan memilih untuk menikmati pengiringan dari dua nelayan yang bau.

 

Pertobatan Petrus

 

Yohanes memberi tahu kita bahwa saat itu adalah pukul kesepuluh oleh perhitungan Israel kala itu. (dalam sistem waktu Yahudi) Hari itu dibagi menjadi dua belas, segmen satu jam, jadi bagi kita hari ini sudah sekitar pukul 4 sore dan matahari sudah terbenam ketika ketiganya pergi ke tempat tinggal Yesus. Bisa saja malam itu mereka menyalakan api unggun, karena lembah Sungai Yordan dapat menjadi sangat hangat di malam hari sepanjang tahun. Tampaknya mereka harus berbicara dengan Yesus pada malam hari. Apakah hasil dari menghabiskan sisa hari Andreas dan Yohanes bersama Yesus (ayat 39)? Keesokan paginya, Andreas tidak bisa menahan diri dalam kegembiraannya, dan sebelum dia bisa melakukan hal lain, dia harus bertemu saudaranya, Simon.

 

Setiap kali di dalam Alkitab ketika berbicara mengenai Andreas, ia dicatat sebagai seorang yang memperkenalkan orang-orang kepada Yesus. Yang pertama ialah di bagian ini ketika dia segera pergi untuk memberi tahu saudaranya, Simon Petrus. Yang kedua ditemukan ketika ia membawa seorang anak laki-laki dengan bekal makan siangnya kepada Yesus untuk dilipatgandakan (Yohanes 6:8-9), dan yang ketiga adalah ketika beberapa orang Yahudi Yunani ingin bertemu Yesus (Yohanes 12:22). Bukankah itu baik?

 

Ada dua indikasi yang baik bahwa orang-orang memiliki perubahan yang luar biasa dalam hidup mereka. Yang pertama adalah bahwa mereka berdoa, seperti Saulus yang menjadi Rasul Paulus setelah pertobatannya di Jalan Damaskus (Kisah Para Rasul 9:11). Indikasi kedua adalah bahwa seseorang akan segera mulai memberi tahu keluarga dan teman. Andreas pergi dengan penuh semangat kepada saudaranya Simon, yang juga dikenal sebagai Petrus. Dia berkata kepadanya, “Kami telah menemukan Mesias.” Kemungkinan bahwa Andreas dan Yohanes telah pergi kepada Yohanes Pembaptis dalam misi untuk menemukan Mesias. “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.” (Matius 7:7).

 

Antusiasme Andreas mengaitkan Petrus; dia datang ke tempat Kristus berada. Ketika Petrus berdiri di hadapan Tuhan, kita diberi tahu, “Yesus memandang dia dan berkata: ‘Engkau Simon, anak Yohanes, engkau akan dinamakan Kefas (artinya: Petrus).” (ayat 42). Kata Yunani emblepein adalah kata yang diterjemahkan sebagai “memandang.” Ini berarti menatap dengan pandangan yang terkonsentrasi dan disengaja. Itu adalah tatapan Anak Allah yang memiliki kemampuan untuk melihat jauh ke dalam hati seseorang dan melihat segala sesuatu mengenai orang tersebut dan apa yang telah dilakukannya (Yohanes 4:39).

 

Karakter, komitmen, dan iman, hanyalah sebagian dari kualitas yang dapat Dia lihat, meskipun mereka belum sepenuhnya terbentuk dalam kehidupan Petrus. Ketika Tuhan melihat kepada Petrus, Dia dapat melihat kualitas batin seorang pemimpin yang kuat, tetapi Dia juga dapat melihat sisi hati yang bergetar dan tidak dapat dipercaya. Melihat semua ini, Dia tetap memilihnya. Kristus melihat apa yang ada di dalam kita.

 

Ketika Samuel, sang nabi, diutus oleh Allah untuk mengurapi raja baru untuk Israel, Tuhan menyuruhnya pergi ke rumah Isai di Betlehem. Isai membariskan anak-anaknya di hadapan Samuel, dan ketika dia melihat yang tertua, Eliab, Samuel segera tertarik dengan ukuran pria muda ini dan berpikir bahwa Eliab akan menjadi orang yang diurapi berdasarkan ukuran dan kekuatannya. Namun Tuhan melihatnya dengan berbeda:

 

6Ketika mereka itu masuk dan Samuel melihat Eliab, lalu pikirnya: “Sungguh, di hadapan TUHAN sekarang berdiri yang diurapi-Nya.” 7Tetapi berfirmanlah TUHAN kepada Samuel: “Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati. (1 Samuel 16:6-7)

 

Ketika Tuhan memandang manusia, Dia tidak hanya melihat seperti apa orang itu, tetapi juga akan menjadi apa dia nantinya. Dia sendiri memiliki kemampuan untuk membentuk kehidupan kita seperti seorang penjunan yang mengerjakan tanah liat, yaitu untuk mewujudkan apa yang Dia inginkan dalam hidup kita. Seolah-olah pemberian nama itu akan mengingatkan Petrus tentang dirinya kelak: sebuah batu, bukan Simon yang tidak dapat diandalkan dan tidak sabar, yang berbicara tanpa berpikir.

 

Kitab Injil menunjukkan sejumlah pengalaman yang berfungsi membentuk Petrus menjadi laki-laki yang diwakilkan oleh nama barunya. Ini bukan suatu transformasi yang mudah; butuh waktu dan pelajaran-pelajaran yang harus dipelajari Petrus. Pada Perjamuan Terakhir misalnya, ketika pertengkaran terjadi di antara para murid tentang siapa di antara mereka yang terbesar, Yesus berpaling kepada Petrus (lebih mungkin karena dialah sumber pertengkaran tersebut) memanggilnya dengan nama lamanya sebelum dia bertemu Kristus, seolah menegurnya dengan lembut karena beralih ke cara-cara lamanya dan gaya hidup lamanya. 31“Simon, Simon, lihat, Iblis telah menuntut untuk menampi kamu seperti gandum, 32tetapi Aku telah berdoa untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur. Dan engkau, jikalau engkau sudah insaf, kuatkanlah saudara-saudaramu.” (Lukas 22: 31-32).

 

Tanggapan Petrus menunjukkan bahwa dia berpikir memiliki kapasitas batin untuk lulus ujian apa pun dalam pengabdiannya kepada Tuhan dengan penuh warna. Menurutnya, dia tidak akan pernah menyangkal Gurunya! Tetapi ujian terakhir datang ketika dia mengikuti Yesus pada malam Dia dikhianati. Petrus yakin bahwa dia tidak akan pernah meninggalkan Kristus, namun ketika dia di bawah tekanan, sebanyak tiga kali dia menyangkal bahwa dia pernah mengenal Tuhan. Kemudian di kediaman Imam Besar, dia bahkan mengutuk dirinya sendiri demi mencoba menyembunyikan fakta bahwa dia adalah seorang murid (Markus 14:71).

 

Ada kemungkinan bahwa seluruh pengalaman yang harus dialami Petrus dibentuk oleh Tuhan untuk menyingkapkan posisi Petrus sebenarnya secara rohani. Hatinya harus diremukkan dan diletakkan kembali pada roda penjunan Tuhan. Petrus perlu bertobat dan beralih dari gaya hidup Simonnya, sehingga pada akhirnya ia bisa menjadi batu seperti yang Tuhan rancangkan. Perubahan namanya dari Simon menjadi Petrus membantu mengingatkannya tentang bagaimana Tuhan melihat apa yang ada di dalam rohnya.

 

Tommy Lasorda, mantan manajer Los Angeles Dodgers, menceritakan kisah seorang pelempar muda dan kurus yang baru dalam sistem liga kecil Dodgers. Anak itu agak pemalu, tetapi dia memiliki lengan yang luar biasa kuat dan akurat. Lasorda yakin bahwa pelempar muda ini memiliki potensi untuk menjadi salah satu yang terbesar yang pernah ada. Namun, kata Lasorda, pemuda itu harus lebih galak dan kompetitif. Dia harus menghilangkan rasa takutnya.

 

Jadi, Lasorda memberinya sebuah julukan yang benar-benar kebalikan dari kepribadiannya: “Bulldog.” Selama bertahun-tahun, demikianlah jadinya Orel Hershiser — salah satu pesaing paling ulet yang pernah mengambil gundukan di liga utama. Nama panggilannya menjadi pengingat abadi tentang sebagaimana dia seharusnya, dan tak lama kemudian, hal itu membentuk seluruh sikapnya.

 

Pertanyaan 3) Jika Anda dapat mengubah nama Anda, nama apa yang akan Anda gunakan dan mengapa?

 

Tuhan mengubah nama Simon untuk mengubah karakternya menjadi batu. Perubahan karakter kita dapat mempengaruhi seluruh generasi yang akan datang kemudian. Sebagai contoh kehidupan yang berubah dan berbuah, mari kita lihat warisan satu orang saleh, Jonathan Edwards, pengkhotbah dan penginjil terkenal dari abad kedelapan belas. Lihatlah bagaimana Tuhan menggunakan kehidupannya untuk mempengaruhi kehidupan banyak orang.

 

Ayah dari Jonathan Edwards adalah seorang pendeta, dan ibunya adalah putri seorang pendeta. Di antara keturunan mereka ada empat belas presiden perguruan tinggi; lebih dari seratus profesor perguruan tinggi; lebih dari seratus pengacara; tiga puluh hakim; enam puluh dokter; lebih dari seratus pendeta, misionaris, dan profesor teologi, dan sekitar enam puluh penulis.

 

Hampir tidak ada industri Amerika yang hebat yang tidak menyertakan satu pun dari anggota keluarganya sebagai promotor utamanya. Itulah hasil dari sebuah keluarga Kristen Amerika yang dibesarkan di bawah kondisi yang paling baik. Perbedaan besar ditampilkan oleh keluarga Jukes, yang tidak dapat dijadikan pelajaran dan tidak memberikan manfaat bahkan disebut telah merugikan negara bagian New York sebesar satu juta dolar.

 

Seluruh catatan hidup mereka merupakan kemelaratan dan kejahatan, kegilaan dan kebebalan. Di antara seribu dua ratus keturunan mereka yang diketahui, tiga ratus sepuluh adalah orang yang sangat miskin, empat ratus empat puluh orang secara fisik dihancurkan oleh kejahatan mereka sendiri, enam puluh terbiasa mencuri, seratus tiga puluh penjahat yang dihukum, lima puluh lima adalah korban kenajisan, hanya dua puluh orang yang belajar berdagang (dan sepuluh dari mereka mempelajarinya di dalam penjara), dan keluarga terkenal ini menghasilkan tujuh pembunuh.

 

Kebenaran yang sederhana adalah bahwa Anda tidak dapat membawa orang lain lebih jauh dari diri Anda. Pemimpin mereproduksi jenis yang sama dengan diri mereka sendiri. Pohon apel menghasilkan apel, pohon pir menghasilkan pir, domba melahirkan domba, dan orang Kristen melahirkan Kristen lainnya. Sebagaimana adanya Anda, itulah yang akan Anda hasilkan kembali.

 

John Wimber adalah konsultan pertumbuhan gereja untuk beberapa waktu sebelum ia menjadi pendeta Vineyard Christian Fellowship di Anaheim, California. Suatu hari, ketika dia mengajar sekelompok pendeta bagaimana mengembangkan gereja mereka, dan dia belum masuk terlalu jauh dalam pengajarannya, tiba-tiba berdirilah seorang pendeta yang tidak sabar dan berkata, “Saya tahu semua ini. Ajari saja saya cara menambahkan lebih banyak orang ke dalam gereja saya.”

 

Awalnya John sangat sabar dengan dia, namun ketika laki-laki frustrasi itu menginterupsi untuk kedua kalinya dan mengatakan hal yang sama, John memiliki gagasan yang kuat, atau kata-kata bijak untuk pria itu. Dia menatap lurus ke arahnya dan menanyakan pertanyaan berikut tentang pertumbuhan gerejanya, “Berapa banyak lagi yang Anda inginkan?” Laki-laki itu jatuh ke belakang ke kursinya seolah dilandasi oleh sebuah pemikiran, ia berkata, “Saya tidak ingin lebih lagi yang seperti saya. Saya ingin mereka menjadi seperti Yesus!”

 

Pemimpin yang dipimpin oleh Roh Allah membantu menciptakan pemimpin dalam Tubuh Kristus, dan hal itu selalu menjadi kebutuhan dalam Gereja Yesus. Sebagaimana kita, sedemikianlah yang kita hasilkan. Tuhan berkomitmen untuk membentuk seseorang yang ingin Dia pakai.

 

Dalam contoh pelajaran kita hari ini, Dia mengubah kehidupan Petrus menjadi tempayan pecah yang telah dibentuk Kristus. Petruslah yang yang memberitakan Injil pada hari Pentakosta dan melihat tiga ribu orang datang kepada Kristus. Dia juga dipakai untuk memperkenalkan orang Samaria kepada Injil dan gerakan Roh Kudus di antara mereka, dan kemudian, untuk membuka pintu bagi orang bukan Yahudi (Non-Yahudi) untuk diselamatkan di rumah Kornelius, perwira Romawi (Kisah Para Rasul 10:34-35).

 

Kita tidak bisa sama seperti Petrus, tetapi Tuhan Yesus memiliki tujuan dan rencana khusus untuk kita masing-masing. Tidak semua orang dipanggil untuk menjadi pengkhotbah, kita semua memiliki karunia yang berbeda untuk melengkapi pembangunan Tubuh Kristus. Panggilan kita masing-masing adalah menanggapi pekerjaan Roh Kudus dalam mengubahkan diri kita. Yesus melihat ke dalam hati Petrus dan memulai transformasi karakternya dengan mengubah namanya. Mari lanjutkan ke bagian berikutnya dalam Injil Yohanes.

 

Yesus Memanggil Filipus dan Natanael

 

43Pada keesokan harinya Yesus memutuskan untuk berangkat ke Galilea. Ia bertemu dengan Filipus, dan berkata kepadanya: “Ikutlah Aku!” 44Filipus itu berasal dari Betsaida, kota Andreas dan Petrus. 45Filipus bertemu dengan Natanael dan berkata kepadanya: “Kami telah menemukan Dia, yang disebut oleh Musa dalam kitab Taurat dan oleh para nabi, yaitu Yesus, anak Yusuf dari Nazaret.” 46Kata Natanael kepadanya: “Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?” 47Kata Filipus kepadanya: “Mari dan lihatlah!” Yesus melihat Natanael datang kepada-Nya, lalu berkata tentang dia: “Lihat, inilah seorang Israel sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya!” 48Kata Natanael kepada-Nya: “Bagaimana Engkau mengenal aku?” Jawab Yesus kepadanya: “Sebelum Filipus memanggil engkau, Aku telah melihat engkau di bawah pohon ara.” 49Kata Natanael kepada-Nya: “Rabi, Engkau Anak Allah, Engkau Raja orang Israel!” 50Yesus menjawab, kata-Nya: “Karena Aku berkata kepadamu: Aku melihat engkau di bawah pohon ara, maka engkau percaya? Engkau akan melihat hal-hal yang lebih besar dari pada itu.” 51Lalu kata Yesus kepadanya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya engkau akan melihat langit terbuka dan malaikat-malaikat Allah turun naik kepada Anak Manusia.”

 

Hal pertama yang kita lihat dalam bagian ini adalah bahwa Filipus tidak mengejar Yesus. Yesuslah yang datang mencarinya! Di sini, kita melihat Yesus sebagai penginjil. Beberapa dari kita adalah seperti Andreas dan Yohanes yang mendengar tentang Kristus melalui pemberitaan Firman Allah oleh Yohanes Pembaptis. Sementara Petrus mengetahui dengan mendengarkan dan melihat semangat saudaranya, tetapi terhadap Filipus, Tuhan Yesus sendiri yang mencarinya dan menemukannya (ayat 43). Betapa indahnya dapat ditemukan oleh Tuhan Yesus, Sang Pencipta alam semesta yang mencari dan menemukan domba-domba-Nya layaknya seorang Gembala. Biarlah pemikiran bahwa kita masing-masing sangat berharga bagi Allah, masuk ke dalam jiwa kita dan bahwa Dia telah mengutus Anak-Nya untuk menemukan kita masing-masing.

 

Pertanyaan 4) Menurut Anda apa pendapat Filipus ketika dia menyadari bahwa ini adalah Mesias dan bahwa Dia secara pribadi telah datang mencarinya? Pernahkah Anda merasa bahwa Allah sedang memulai hal-hal dalam hidup Anda karena Ia ingin mendapatkan Anda di tempat Anda berada?

 

Allah kita adalah Gembala yang baik yang meninggalkan sembilan puluh sembilan ekor domba dan datang mencari kita masing-masing. Tuhan yang menciptakan bermiliar bintang-bintang memiliki waktu untuk setiap pribadi kita masing-masing! Bukankah itu luar biasa? Tak satu pun dari kita berada di luar tatapan-Nya dan perhatian-Nya. Dia tahu persis dimana kita berada setiap detik setiap hari.

 

1Untuk pemimpin biduan. Mazmur Daud. TUHAN, Engkau menyelidiki dan mengenal aku; 2Engkau mengetahui, kalau aku duduk atau berdiri, Engkau mengerti pikiranku dari jauh. 3Engkau memeriksa aku, kalau aku berjalan dan berbaring, segala jalanku Kaumaklumi. 4Sebab sebelum lidahku mengeluarkan perkataan, sesungguhnya, semuanya telah Kauketahui, ya TUHAN. 5Dari belakang dan dari depan Engkau mengurung aku, dan Engkau menaruh tangan-Mu ke atasku. 6Terlalu ajaib bagiku pengetahuan itu, terlalu tinggi, tidak sanggup aku mencapainya. 7Ke mana aku dapat pergi menjauhi roh-Mu, ke mana aku dapat lari dari hadapan-Mu? 8Jika aku mendaki ke langit, Engkau di sana; jika aku menaruh tempat tidurku di dunia orang mati, di situpun Engkau. 9Jika aku terbang dengan sayap fajar, dan membuat kediaman di ujung laut, 10juga di sana tangan-Mu akan menuntun aku, dan tangan kanan-Mu memegang aku. (Mazmur 139:1-10)

 

Hubungan dengan Kristus lebih berharga daripada dunia ini. Tidak ada yang bisa dibandingkan dengan persatuan dengan Kristus. Inilah kekayaan sejati yang kekal selamanya (Lukas 16:11). Wajar saja jika kita ingin menceritakan kepada orang lain tentang hal itu. Filipus tidak dapat menahan diri. Dia harus menemukan Natanael dan memberitahunya. Apakah tanggapan pertama Natanael? Meremehkan dan skeptis! Natanael tinggal di Kana di Galilea, persis di dekat kota Nazaret tempat Yesus bertumbuh dewasa.

 

Namun ada sesuatu dalam ekspresi wajah dan sukacita Filipus yang menangkap perhatian Natanael laksana pengait di hatinya. Ada sesuatu yang berbeda tentang Filipus yang mungkin membuatnya tergelitik. Nazaret berada di dekat Kana, kota Natanael, dan mungkin saja Natanael tahu beberapa hal yang terjadi di dalam kota pada waktu itu tetapi Filipus tidak ingin berdebat dengannya tentang hal apapun— “Datang dan lihat saja!” adalah satu-satunya hal yang dikatakan Filipus.

 

Kalau saja Yesus secara jasmani ada di sekitar kita untuk memperkenalkan diri-Nya kepada orang lain sekarang ini, bukankah akan lebih mudah menjangkau teman-teman kita dan orang-orang terkasih? “Mari, lihat! Di sana ada seorang yang mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat,” adalah kesaksian dari wanita Samaria dalam Yohanes 4:29. Kalau saja saya bisa mengajak teman-teman saya untuk bertemu Yesus. Tetapi bagaimanapun juga, Anda dan saya adalah orang-orang yang mewakili-Nya hingga kedatangan-Nya kelak.

 

Ketika Natanael sedang mendekati Yesus, Tuhan menatap ke dalam hatinya dan mengatakan kepadanya persis seperti apa yang dilihatnya. “Lihat, inilah seorang Israel sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya!” (Ayat 47) Kata Natanael kepada-Nya: “Bagaimana Engkau mengenal aku?” Jawab Yesus kepadanya: “Sebelum Filipus memanggil engkau, Aku telah melihat engkau di bawah pohon ara.” (Ayat 48). Natanael yakin dan bertobat di tempat hanya lewat kata-kata itu. Bagaimana mungkin seorang skeptis seperti Natanael bisa mengalami perubahan dalam sistem kepercayaannya hanya setelah satu pertemuan? Sekali lagi, kita melihat Yesus menjangkau ke dalam hati seseorang hanya dengan beberapa kata. Dia melihat Natanael dan melihat ke dalam hatinya, sama seperti yang dia lakukan dengan Petrus. Perjumpaan singkat ini akan mengubah kehidupan Natanael mulai saat itu dan seterusnya.

 

Kita tidak tahu pasti, tetapi sepertinya Yesus menunjuk pada sesuatu yang dikatakan Natanael kepada Tuhan, mungkin sehari sebelumnya ketika dia duduk di bawah pohon ara. Bisa saja dalam kekecewaannya, ia duduk di bawah pohon ara dan meminta Tuhan untuk menyatakan diri-Nya kepadanya. Sebuah hati yang lembut dan terbuka adalah semua yang dibutuhkan Tuhan untuk menyatakan diri-Nya kepada seseorang dan mengubah kehidupannya. Tuhan melakukannya sepanjang waktu; itu bukan hal yang sulit bagi-Nya. Kita melihat banyak kisah seperti itu di dalam Alkitab dan hal itu masih terjadi.

 

Apakah Anda lapar untuk mengenal Tuhan dengan lebih baik? Apakah Anda yakin bahwa seperti Rasul Yohanes, Anda pun sangat dikasihi oleh Tuhan? Tuhan melihat semua yang ada di dalam kita, baik maupun buruk dan masih mengasihi Anda dengan kasih yang kekal. Jika Anda mencari Dia, Dia berjanji untuk menemui Anda di manapun Anda berada. Ucapkanlah doa sederhana ini:

 

Tuhan Yesus, datanglah ke dalam hatiku dan ubahlah aku. Saya lelah dengan hidupku yang hampa tanpa-Mu. Aku berbalik dari dosa dan cara hidup yang egois untuk hidup bagi Engkau. Ampuni aku atas dosa-dosaku dan izinkan aku datang ke rumah-Mu. Nyatakan kasih-Mu yang besar kepadaku. Amin.

 

Keith Thomas.

Email: keiththomas@groupbiblestudy.com

Website: www.groupbiblestudy.com

 

bottom of page