top of page

Untuk melihat lebih banyak studi Alkitab dalam bahasa Indonesia, klik di sini.

2. A Man Sent by God

2. Manusia yang Diutus Allah

 

Yohanes 1:19-34

Injil Menurut Yohanes

 

Hari ini kita akan membaca tentang seorang laki-laki aneh yang tinggal di padang gurun (Lukas 1:80) dan memakan makanan yang jauh lebih aneh daripada yang dimakan oleh kebanyakan orang pada umumnya. Makanannya adalah belalang dan madu hutan. Tidak hanya memakan makanan aneh, tetapi juga dia terlihat aneh, memiliki rambut panjang dan mengenakan jubah bulu unta dan ikat pinggang kulit di lingkar pinggangnya (Markus 1:6). Namun, Yesus berkata tentang orang ini yaitu Yohanes Pembaptis bahwa tidak ada yang lebih besar daripada dirinya:

 

Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak pernah tampil seorang yang lebih besar dari pada Yohanes Pembaptis, namun yang terkecil dalam Kerajaan Sorga lebih besar dari padanya. (Matius 11:11)

 

Apakah yang hebat mengenai Yohanes Pembaptis yang membuatnya mendapat pujian dari Yesus? Yesus menyebut dia manusia terbesar (terlepas dari Kristus) yang pernah hidup? Kitab Suci memberitahukan kepada kita bahwa Yohanes Pembaptis tidak pernah melakukan mukjizat atau tanda (Yohanes 10:41), jadi ketika Anda berpikir tentang para nabi besar seperti Musa, Elia, dan Elisa, yang semuanya melakukan berbagai mukjizat, tanpa menyebutkan Daniel, Yeremia, dan lainnya, apakah yang membuatnya begitu hebat di mata Yesus?

 

Kita membaca dalam Injil Lukas bahwa Yohanes bukan hanya dilahirkan dari suku Lewi (Lukas 1:5-9), tetapi juga ia adalah salah satu keturunan Harun yang secara otomatis menjadikannya seorang imam. Elisabet, ibunya, seorang yang mandul, ditambah lagi kedua orang tuanya telah sangat tua dan sudah melewati masa untuk memiliki anak, sehingga Allah bekerja secara supranatural dalam hidup mereka untuk mengaruniakan Yohanes di masa tua mereka. Ayah Yohanes, imam Zakharia, bertemu dengan malaikat di bait suci saat ia sedang membakar ukupan di depan tabir yang memisahkan ruang Maha Kudus dengan ruang kudus, yaitu dua ruangan yang terdapat di dalam bait suci. Malaikat memberi tahu Zakharia bahwa doanya telah dijawab dan istrinya akan melahirkan seorang anak laki-laki. Zakharia kemudian menjadi bisu karena ketidakpercayaannya pada kata-kata malaikat tersebut (Lukas 1:20).

 

Setelah mengandung anak dari Roh Kudus, Maria, ibu Yesus, mengunjungi Elisabet pada bulan keenam ia mengandung Yohanes. Baik Elisabet maupun Yohanes yang belum lahir dipenuhi oleh Roh Kudus, ketika Yesus yang dalam kandungan datang di hadapan mereka berdua. Ketika Yohanes lahir, lidah ayahnya terlepas dan Zakharia menubuatkan bahwa Yohanes akan menjadi nabi Allah (Lukas 1:76). Hal ini membawa harapan yang tinggi pada orang-orang Yahudi karena hingga saat itu mereka telah hidup selama empat ratus tahun tanpa nabi yang dikirim kepada mereka. Nabi terakhir adalah Maleakhi yang berbicara tentang datangnya pendahulu sebelum Mesias tiba (Maleakhi 4:5-6).

 

Karena kelahirannya yang supranatural, kehidupan Yohanes harus menuruti aturan-aturan dengan seksama karena ia dilahirkan ke dalam kaum imamat dan juga dipanggil untuk dipisahkan bagi Allah pada saat dilahirkan dengan sumpah seorang yang bernazar (Lukas 1:15). Rambutnya tidak akan dipotong, sehingga ia memiliki rambut panjang, juga tidak bisa menyentuh sesuatu yang mati, dan dia juga tidak bisa makan atau minum apapun dari hasil anggur, misal buah anggur, minuman anggur ataupun kismis (Bilangan 6:2-6). Namun sesuatu terjadi pada Yohanes di masa kecilnya, sehingga dia tidak tumbuh dalam kemewahan kelas imamat. Sejauh yang kita tahu, dia tidak memasuki yeshiva atau seminari, tetapi Tuhan menuntunnya untuk tinggal di daerah gurun dari masa kanak-kanak:

 

Adapun anak itu bertambah besar dan makin kuat rohnya. Dan ia tinggal di padang gurun sampai kepada hari ia harus menampakkan diri kepada Israel. (Lukas 1:80)

 

Pertanyaan 1) Mengapa Tuhan memimpin orang ini untuk hidup di padang gurun dalam persiapan untuk pelayanannya? Apakah Anda pernah atau sedang mengalami pengalaman padang gurun rohani di mana semuanya tampak kering dan tandus? Apa yang Tuhan ingin ajarkan kepada kita dalam pengalaman seperti itu?

 

Kebutuhan terbesar ketika itu dan sekarang ini adalah supaya Allah membangkitkan laki-laki dan perempuan yang akan mendengarkan dan mengenal suara Allah. Itu tidak mudah dalam kehidupan kita yang sibuk, berorientasi pada tujuan, kesuksesan, dan kerja keras. Tuhan tidak ragu untuk berbicara kepada kita; masalahnya adalah kemampuan kita untuk memperlambat kehidupan kita yang sibuk dan mendengarkan-Nya. Ayub berkata, “Karena Allah berfirman dengan satu dua cara, tetapi orang tidak memperhatikannya.” (Ayub 33:14). Masalahnya adalah persepsi kita. Yohanes Pembaptis belajar bagaimana bertahan hidup di padang gurun atau hutan belantara Yudea, hidup di luar dari tanahnya ketika dia belajar mendengarkan suara Allah. Sangat menarik bahwa Yesus, Musa, Yosua, dan Yakub menghabiskan banyak waktu di padang gurun atau daerah padang gurun yang kosong. Rasul Paulus mengatakan bahwa setelah pertobatannya ia pergi ke Arab, sebuah wilayah gurun (Galatia 1:17). Ketika dua juta atau lebih orang Israel meninggalkan Mesir, Allah membawa mereka ke tempat-tempat gurun untuk mengajar mereka bahwa manusia tidak hidup dari roti saja tetapi oleh setiap Firman yang berasal dari Allah.

 

2Ingatlah kepada seluruh perjalanan yang kaulakukan atas kehendak TUHAN, Allahmu, di padang gurun selama empat puluh tahun ini dengan maksud merendahkan hatimu dan mencobai engkau untuk mengetahui apa yang ada dalam hatimu, yakni, apakah engkau berpegang pada perintah-Nya atau tidak.3 Jadi Ia merendahkan hatimu, membiarkan engkau lapar dan memberi engkau makan manna, yang tidak kaukenal dan yang juga tidak dikenal oleh nenek moyangmu, untuk membuat engkau mengerti, bahwa manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi manusia hidup dari segala yang diucapkan TUHAN. 4Pakaianmu tidaklah menjadi buruk di tubuhmu dan kakimu tidaklah menjadi bengkak selama empat puluh tahun ini. (Ulangan 8:2-4)

 

Saya tinggal di Israel selama satu setengah tahun di akhir tahun tujuh puluhan dan awal delapan puluhan. Sementara di sana, saya bisa tinggal seminggu di Beersheba, kota paling selatan Israel di tepi Gurun Negev. Suatu pagi, saya berjalan ke padang gurun hanya untuk merasakan seperti apa rasanya. Saya sangat berhati-hati untuk tidak pergi terlalu jauh supaya jangan sampai saya tidak dapat menemukan jalan kembali. Hal yang mengguncang saya adalah kesepian dan kesunyiannya. Tidak ada angin dan hanya sesekali burung mendekati. Di padang gurun, segala sesuatu yang lain dilepaskan. Seseorang sendirian dan hanya Tuhan yang mendengarkan. Sangat menarik untuk diingat bahwa kata Ibrani midbar, yang diterjemahkan ke dalam kata padang gurun, adalah akar dari kata untuk berbicara, kata Ibraninya medibear. Gurun adalah tempat di mana tidak ada yang lain selain Tuhan, suara-Nya berusaha berbicara kepada kita dan memberikan kita petunjuk-Nya.

 

Allah mengijinkan kita untuk melewati waktu dalam kehidupan dimana kita direndahkan dan diuji, saat segala sesuatu yang kita lakukan adalah mandul dan tidak produktif. Mengapa? Musa mengatakan bahwa ada dua alasan: 1) Agar Tuhan mendapatkan perhatian kita dan mengetahui apa yang ada dalam hati kita (Ulangan 8:2). Tuhan menyebut masa itu sebagai sebuah ujian. Bukannya Tuhan perlu tahu apa yang ada di hati Anda; Dia sudah tahu segalanya tentang kita. Tetapi kita yang perlu tahu apa yang ada di dalam hati kita dan berbalik kepada-Nya. Kita hanya bisa berubah ketika kita melihat hati kita seperti Tuhan melihat kita. 2) Alasan kedua Dia menuntun kita ke dalam pengalaman padang gurun adalah supaya kita belajar untuk hidup dengan sumber-sumber Tuhan, yaitu bersandar pada-Nya dengan mendengarkan setiap kata yang diucapkan oleh mulut Tuhan (ayat 3).

 

Pada saat yang tepat dalam rencana Allah, sekitar usia tiga puluh tahun, Yohanes Pembaptis telah memulai pelayanannya untuk memanggil orang-orang untuk bertobat. Allah mulai membawa orang banyak ke padang gurun untuk mendengarkan Yohanes Pembaptis berbicara tentang pertobatan dan juga untuk dibaptis. Inilah pesannya:

 

Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!”3 Sesungguhnya dialah yang dimaksudkan nabi Yesaya ketika ia berkata: “Ada suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya.” (Matius 3:2-3)

 

Dalam Injil Matius, kita diberitahu bahwa Yohanes Pembaptis menarik perhatian orang banyak dari “Yerusalem, dari seluruh Yudea dan dari seluruh daerah sekitar Yordan. Lalu sambil mengaku dosanya mereka dibaptis oleh Yohanes di sungai Yordan” (Matius 3:5-6). Dari Yerusalem, setidaknya sekitar dua puluh lima kilometer ke bagian terdekat Sungai Yordan untuk dibaptis. Lukas lebih lanjut mengatakan kepada kita bahwa ia pergi ke seluruh negeri di sekitar Yordan, memberitakan baptisan pertobatan untuk pengampunan dosa. Jika Anda dibawa tiba-tiba ke daerah itu sekarang, Anda akan menemukannya sebagai padang gurun yang tandus. Ini adalah wilayah di sebelah utara tempat gulungan Laut Mati ditemukan. Ini adalah padang gurun tandus di tempat terendah di bumi pada 1.300 kaki di bawah permukaan laut. Selama musim dingin, hawanya sangat dingin di malam hari, tetapi di siang hari begitu panas, namun Tuhan membawa orang-orang ke tempat tandus itu untuk dibaptis oleh Yohanes.

 

Sampai pada poin itu dalam sejarah Israel, hanya orang-orang non Yahudi yang tertarik pada Yudaisme, yang telah dibaptis. Karena merupakan ritual keagamaan baru untuk membaptis orang-orang Yahudi yang tanpa preseden, maka sebuah delegasi para imam dan orang Lewi dikirim dari antara tujuh puluh tetua yang berkuasa, Sanhedrin, dengan pertanyaan-pertanyaan untuknya. Ketika kita membaca pasal satu, ayat 19, dari Injil Yohanes, kita harus memahami bahwa ketika Rasul Yohanes menulis Injilnya, dia menggunakan nama “orang Yahudi” tujuh puluh kali, merujuk pada pemimpin elit agama terkemuka dari Saduki dan Farisi serta ahli Taurat. Delegasi orang Yahudi bertanya kepada Yohanes Pembaptis mengenai siapa dia dari antara tiga orang yang mereka nantikan.

 

19Dan inilah kesaksian Yohanes ketika orang Yahudi dari Yerusalem mengutus beberapa imam dan orang-orang Lewi kepadanya untuk menanyakan dia: “Siapakah engkau?” 20Ia mengaku dan tidak berdusta, katanya: “Aku bukan Mesias.” 21Lalu mereka bertanya kepadanya: “Kalau begitu, siapakah engkau? Elia?” Dan ia menjawab: “Bukan!” “Engkaukah nabi yang akan datang?” Dan ia menjawab: “Bukan!” 22Maka kata mereka kepadanya: “Siapakah engkau? Sebab kami harus memberi jawab kepada mereka yang mengutus kami. Apakah katamu tentang dirimu sendiri?” 23Jawabnya: “Akulah suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Luruskanlah jalan Tuhan! seperti yang telah dikatakan nabi Yesaya.” (Yohanes 1:19-23)

 

Musa telah berbicara kepada orang Israel bahwa Allah akan mengirimkan seorang nabi seperti dirinya kepada mereka: “Seorang nabi dari tengah-tengahmu, dari antara saudara-saudaramu, sama seperti aku, akan dibangkitkan bagimu oleh TUHAN, Allahmu; dialah yang harus kamu dengarkan.” (Ulangan 18:15). Nabi ini adalah Mesias, Kristus. Allah juga telah berbicara empat ratus tahun sebelumnya melalui nabi terakhir, Maleakhi, bahwa sebelum Mesias datang, nabi Elia akan diutus kepada mereka: “Sesungguhnya Aku akan mengutus nabi Elia kepadamu menjelang datangnya hari TUHAN yang besar dan dahsyat itu.” (Maleakhi 4:5). Jadi, delegasi orang Yahudi menanyakan kepada Yohanes dengan terus terang, “Siapakah engkau? Yang manakah dari antara tiga? Apakah engkau Mesias, nabi yang dinubuatkan oleh Musa atau Elia?”

 

Jawabannya atas pertanyaan mereka memberitahukan banyak hal kepada kita alasan Yesus mengatakan bahwa sampai saat itu di antara mereka yang lahir dari perempuan, tidak ada yang lebih besar daripada Yohanes Pembaptis. Ketika Yohanes bisa menunjuk pada dirinya sendiri dan apa yang dia lakukan, jawabannya adalah bahwa dia hanyalah sebuah suara. Yang membuat Yohanes luar biasa adalah bahwa dia cukup kecil untuk digunakan Tuhan. Dia adalah seorang tokoh berkarakter yang sangat bergantung pada Tuhan. Mari kita bahas mengenai karakter untuk sesaat.

 

Proses Manusia yang Berkarakter

 

Kapanpun Allah ingin memulai karya baru dari terobosan yang penting, Dia mempersiapkan dan kemudian mengutus seorang laki-laki (atau perempuan) dengan karakter yang ilahi. Semakin besar pekerjaan yang harus dilakukan harus semakin besar juga persiapan batin dari orang yang dipilih Tuhan. A.W. Tozer pernah berkata, “Tuhan tidak dapat memakai seorang manusia secara besar-besaran sampai Dia menyakitinya dengan sangat mendalam.” Rencana Tuhan bukanlah metode yang lebih baik, tetapi manusia yang lebih baik. Beberapa orang mengutus diri mereka sendiri untuk melakukan pelayanan sebelum Allah mengutusnya.

 

Gereja pada umumnya akan lebih bijaksana untuk mempersiapkan dan memperlengkapi para hamba Allah sebelum dengan tergesa-gesa memisahkan mereka bagi tugas pelayanan. Rasul Paulus, memperingatkan Timotius tentang hal ini. Dia berkata, “Janganlah engkau terburu-buru menumpangkan tangan” (1 Timotius 5:22). Jangan memberikan kepemimpinan dan tanggung jawab kepada orang-orang yang belum terbukti layak karena karakter ilahi mereka. Karakter ilahi harus dibentuk dalam hati pemimpin sebelum seorang laki-laki atau perempuan Tuhan dapat diutus untuk melakukan misi yang inovatif. Setiap orang percaya yang dilahirkan kembali dapat dipakai untuk Tuhan, tetapi sekarang kita berbicara tentang posisi dan tanggung jawab dalam jemaat, sebuah pelayanan yang diperlengkapi (Efesus 4:11). Dr. Lloyd-Jones pernah berkata, “Hal terburuk yang dapat terjadi pada seseorang adalah berhasil sebelum dia siap.” Pelatihan dalam pembelajaran untuk bergantung pada Tuhan dan mendengarkan suara-Nya inilah yang mempersiapkan Yohanes Pembaptis menjadi pendahulu dari Mesias

 

Pertanyaan 2) Apakah yang dimaksud dengan karakter, dan apa bahayanya mengutus seorang laki-laki atau perempuan untuk menyelesaikan pekerjaan Tuhan tanpa karakter yang dibentuk oleh Tuhan?

 

Mari kita lihat kualitas karakter esensial yang diperlukan untuk kepemimpinan dalam gereja Tuhan dan kemudian memeriksa pencapaian Yohanes Pembaptis terhadap kualitas-kualitas yang diperlukan. Kata Yunani untuk karakter adalah charasso. Penulis Frank Demazio menyoroti kata ini dalam bukunya yang sangat bagus, The Making of a Leader. Dia berkata:

 

Ini berarti sebuah torehan, lekukan, asahan, goresan atau tulisan pada batu, kayu atau logam. Kata ini berarti sebuah bentuk timbul dan stempel untuk pembuatan koin. Dari sini, ia berarti stempel timbul yang dibuat di koin, atau sebuah karakter yang ditata dalam tulisan. Kata Yunani ini muncul dalam Perjanjian Baru hanya dalam Ibrani 1:3. Di sini, penulis menyatakan bahwa Kristus adalah karakter Allah, stempel dari sifat Allah, dan yang di dalamnya Allah mencap atau mencitrakan keberadaan-Nya. Akibatnya, kita mendapatkan arti dari kata “karakter” sebagai sebuah tanda khusus yang mengesankan atau dibentuk oleh kekuatan dari luar (atau internal) pada seorang individu.

 

Entah kita menyadarinya atau tidak, pemimpin adalah contoh. Jika Anda seorang pemimpin, seseorang belajar bukan dari apa yang Anda katakan, tetapi dari apa yang Anda lakukan. Tidak ada manusia yang membentuk pulau untuk dirinya sendiri. Kita semua mempengaruhi orang lain entah itu baik atau buruk. Kita bertanggung jawab atas kesan yang kita tinggalkan pada kehidupan orang lain. Tuhan melihat semuanya dan tahu segalanya. “Dan tidak ada suatu makhlukpun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab.”(Ibrani 4:13). Ia akan memberi kita upah sesuai dengan seberapa banyak karakter Kristus yang dicap di dalam kehidupan kita dan pada kehidupan mereka yang telah kita pengaruhi selama hidup kita di dunia ini.

 

Karakter bukan tentang menjadi orang seperti apa Anda di masa depan, tetapi tentang Anda sekarang ini. Hal ini berkenaan dengan hati, keinginan, dan motivasi Anda. Hidup adalah serangkaian ujian yang telah dipersiapkan Allah sebelumnya dan sedang terjadi di masa sekarang. Ujian-ujian ini dirancang oleh Tuhan untuk membuat Anda menjadi seperti panggilan Tuhan di dalam hidup Anda. Setiap ujian yang Tuhan izinkan dialami dalam hidup membangun karakter kita. Penginjil terkenal D.L. Moody pernah berkata, “Jika saya menjaga karakter saya, reputasi saya akan menjaga dirinya sendiri.” Seorang yang sedang dibentuk untuk menjadi orang hebatnya Tuhan adalah seseorang yang berhati-hati terhadap hal-hal yang memasuki pikiran dan hatinya lewat gerbang kelima panca indra.

 

Jikalau suatu pohon kamu katakan baik, maka baik pula buahnya (Matius 12:33). Yesus berkata, “Karena yang diucapkan mulutnya, meluap dari hatinya” (Lukas 6:45). Pelayanan Anda adalah luapan sifat batiniah yang Anda miliki dalam hubungan Anda dengan Allah. Binalah kehidupan pribadi Anda dengan Tuhan, dan buah dari kehidupan Anda akan berlimpah. Anda adalah hasil dari jumlah total kehidupan perenungan batiniah, pikiran, kehendak, dan hati Anda. “Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan” (Amsal 4:23).

 

Yohanes tidak membuat pernyataan untuk dirinya sendiri selain menjadi suara yang memanggil-manggil di padang gurun untuk meluruskan jalan bagi Tuhan. Yesus memberi tahu kita di masing-masing dari ketiga Injil lainnya bahwa orang-orang Farisi dan para pemimpin umat tidak percaya bahwa Yohanes telah diberi kuasa oleh Allah untuk membaptis (Matius 21:26; Markus 11:31; Lukas 20:5). Para pemimpin Yahudi mengira bahwa mereka telah menguasai pasar agama di Israel, dan mereka tentu tidak mengizinkan Yohanes untuk melakukan sesuatu yang merupakan konsep asing di Israel, yaitu membaptis orang Yahudi untuk pertobatan. Para pemimpin agama dan orang Farisi tidak melihat perlunya pembasuhan baptisan.

 

24Dan di antara orang-orang yang diutus itu ada beberapa orang Farisi. 25Mereka bertanya kepadanya, katanya: “Mengapakah engkau membaptis, jikalau engkau bukan Mesias, bukan Elia, dan bukan nabi yang akan datang?” 26Yohanes menjawab mereka, katanya: “Aku membaptis dengan air; tetapi di tengah-tengah kamu berdiri Dia yang tidak kamu kenal, 27yaitu Dia, yang datang kemudian dari padaku. Membuka tali kasut-Nyapun aku tidak layak.” 28Hal itu terjadi di Betania yang di seberang sungai Yordan, di mana Yohanes membaptis. (Yohanes 1:24-28)

 

Ciri-ciri Karakter Yohanes Pembaptis:

 

  1. Tanpa Kompromi. Yohanes Pembaptis bukanlah seorang yang mencoba mencari kesukaan manusia! Tidak ada kompromi dari standar moralnya. Ketika Raja Herodes Antipas mengambil istri saudaranya, Filipus sebagai miliknya, Yohanes Pembaptis menegurnya dan mengatakan kepadanya bahwa itu tidak sah (Lukas 3:19), meskipun dia tahu bahwa Herodes adalah seorang yang kasar dan bahwa dia dapat dibunuh. Yohanes tetap berdiri tak tergoyahkan dalam imannya dan tidak mengkompromikan keyakinan utamanya, sekalipun diperhadapkan dengan raja yang pemarah. Moralitas tanpa kompromi membuatnya kehilangan nyawanya. Herodes memenggal kepala Yohanes.

  2. Yohanes menyerahkan jemaatnya. Ketika orang-orang tertentu datang kepada Yohanes Pembaptis mengatakan kepadanya bahwa murid-murid Yesus “membaptis juga dan semua orang pergi kepada-Nya” (Yohanes 3:26), sikap Yohanes penuh dengan sukacita mendengar berita tersebut. Sebagai tanggapan, dia berkata, “Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil.”(Yohanes 3:30). Ini adalah kebenaran yang luar biasa bagi kita juga. Kristus di dalam kita harus diunggulkan dan jalan kita sendiri haruslah semakin tidak berarti. Hal terakhir yang diinginkan Yohanes adalah supaya orang-orang melihat kepada-Nya. Mereka harus melihat Anak Domba.

  3. Seorang Saksi terhadap Substitusi Anak Domba Allah. Orang-orang Yahudi percaya dan masih mengajarkan bahwa bagian Hamba yang Menderita dari Yesaya 53 mengacu pada bangsa Israel. Yohanes Pembaptis meyakinkan mereka bahwa Anak Domba Allah, Hamba yang Menderita, ada di tengah-tengah mereka, Dia yang akan menghapus dosa dunia. Orang banyak pun berhenti mengikuti Yohanes dan mulai mengikuti Kristus karena kesaksian Yohanes. Seorang yang benar dari Allah menunjuk kepada Juruselamat dan bukan kepada dirinya sendiri.

  4. Sepenuhnya Rendah Hati. Kata-kata seseorang mengindikasikan fokus hatinya. Yohanes menyebut dirinya hanyalah sebuah suara di padang gurun, seorang pelayan yang tidak layak untuk melakukan tugas yang paling kasar sekalipun, seperti melepaskan sepatu tuannya. Yang ingin dilakukannya hanyalah menunjuk kepada Juruselamat dan kemudian keluar dari jalan tersebut. Kita perlu menirunya dengan baik. Untuk melakukannya, kita tidak perlu pergi ke padang gurun. Di sana bukan tempat di mana Allah memanggil kita. Dia memanggil kita untuk menjadi seorang pembelajar (murid) dan saksi atas apa yang telah dilakukan Allah di dalam kita.

 

Sebuah Suara yang Menyerukan Pertobatan

 

Lebih dari lima ratus tahun sebelum Yohanes Pembaptis muncul, nabi Yesaya menubuatkan bahwa pelayanan Yohanes Pembaptis adalah untuk mempersiapkan jalan dan melunakkan hati orang-orang karena Mesias yang dijanjikan akan datang. Yesaya berkata:

 

3Ada suara yang berseru-seru: “Persiapkanlah di padang gurun jalan untuk TUHAN, luruskanlah di padang belantara jalan raya bagi Allah kita! 4Setiap lembah harus ditutup, dan setiap gunung dan bukit diratakan; tanah yang berbukit-bukit harus menjadi tanah yang rata, dan tanah yang berlekuk-lekuk menjadi dataran; (Yesaya 40:3-4).

 

Merrill Tenney dalam komentarnya menolong kita di sini:

 

Citra itu diambil dari hari-hari ketika tidak ada jalan beraspal, hanya lintasan di seberang ladang. Jika seorang raja melakukan perjalanan, jalan itu harus dibangun dan diperhalus agar kereta kerajaan tidak menemukan perjalanan yang terlalu kasar, atau dibanjiri lumpur.

 

Bersama dengan orang-orang Israel pada zaman Yohanes Pembaptis, banyak dari antara kita telah berjalan di padang gurun rohani terlalu lama. Kita melintasi lembah ke puncak gunung dalam pengalaman kita menjalani hidup ini. Kita naik dan turun lagi. Sudah saatnya jalan di depan kita untuk diluruskan. Lembah harus ditimbun, dan perbukitan dibuat lebih rendah, dan tanah kasar kita harus diratakan.

 

Pesan utama Yohanes adalah untuk semua orang di mana saja untuk “Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!” (Matius 3:2). Pertobatan mengerjakan hal ini bagi kita. Kebanyakan kita membawa terlalu banyak bagasi bersama kita dalam perjalanan, dan sekarang saatnya membuang semua beban yang menyebabkan kita tersandung di jalan di depan kita.

 

Pertanyaan 3) Apakah pertobatan dan nilai apa yang dimilikinya dalam kehidupan Kristen?

 

Pertobatan secara harfiah berarti perubahan pikiran, yang mengarah pada perubahan arah. Basilea Schlink berkata, “Pertobatan adalah satu-satunya gerbang di mana Injil diterima.” C.H. Spurgeon, pengkhotbah besar Inggris, pernah berkata, “Dosa dan neraka menikah kecuali jika pertobatan memproklamirkan perceraian. Allah tidak pernah berbuat apa pun untuk mengampuni dosa yang tidak siap ditinggalkan manusia.” A.W. Tozer menggunakan analogi pernapasan, mengatakan, “Menghembuskan nafas sama pentingnya bagi hidup seperti menghirup nafas. Untuk menerima Kristus, kita harus menolak apa pun yang bertentangan dengan-Nya.”

 

Pertobatan menggali akar dari hal-hal yang membuat kita tertawan pada dosa-dosa kita. Harus ada pertobatan disertai dengan kebencian yang tulus terhadap hal-hal yang membawa racun pahit bagi jiwa dan kehidupan pikiran kita. Dulu saya memiliki kebun kecil tempat saya menanam sayuran, stroberi, tomat, dll. Namun saya segera mengetahui bahwa tidaklah cukup untuk memotong rumput liar saja, saya juga harus mencabut hingga ke akar-akarnya, jika tidak kebun saya akan tetap menghasilkan gulma. Tidaklah cukup untuk mencabut tanaman dosa; kita harus menarik hingga ke akar-akarnya juga. Inilah pertobatan.


Sebab itu janganlah di antaramu ada laki-laki atau perempuan, kaum keluarga atau suku yang hatinya pada hari ini berpaling meninggalkan TUHAN, Allah kita, untuk pergi berbakti kepada allah bangsa-bangsa itu; janganlah di antaramu ada akar yang menghasilkan racun atau ipuh. (Ulangan 29:18).

 

Musuh kita, Setan, berusaha untuk menahan kita terhadap dosa-dosa kita oleh apa yang disebut Kekristenan tidak perlu pertobatan sehingga oleh kebiasaan lama dan dosa-dosa yang belum ditinggalkan, kita masih ditahan dalam perbudakan dosa. Dalam Injil Lukas, Yohanes Pembaptis mengatakan bahwa ada buah pertobatan yang dituntut Allah:

 

7Lalu ia berkata kepada orang banyak yang datang kepadanya untuk dibaptis, katanya: “Hai kamu keturunan ular beludak! Siapakah yang mengatakan kepada kamu melarikan diri dari murka yang akan datang? 8Jadi hasilkanlah buah-buah yang sesuai dengan pertobatan. Dan janganlah berpikir dalam hatimu: Abraham adalah bapa kami! Karena aku berkata kepadamu: Allah dapat menjadikan anak-anak bagi Abraham dari batu-batu ini! 9Kapak sudah tersedia pada akar pohon dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, akan ditebang dan dibuang ke dalam api.” 10Orang banyak bertanya kepadanya: “Jika demikian, apakah yang harus kami perbuat?” 11Jawabnya: “Barangsiapa mempunyai dua helai baju, hendaklah ia membaginya dengan yang tidak punya, dan barangsiapa mempunyai makanan, hendaklah ia berbuat juga demikian.” 12Ada datang juga pemungut-pemungut cukai untuk dibaptis dan mereka bertanya kepadanya: “Guru, apakah yang harus kami perbuat?” 13Jawabnya: “Jangan menagih lebih banyak dari pada yang telah ditentukan bagimu.” 14Dan prajurit-prajurit bertanya juga kepadanya: “Dan kami, apakah yang harus kami perbuat?” Jawab Yohanes kepada mereka: “Jangan merampas dan jangan memeras dan cukupkanlah dirimu dengan gajimu.” (Lukas 3:7-14)

 

Mungkin, sesuatu yang Anda lakukan telah menyakiti orang lain; maka mungkin, Anda harus pergi kepada orang yang telah Anda lukai dan meminta maaf. Anda mungkin juga perlu membayar ganti rugi. Saya ingat sebagai seorang Kristen muda yang tidak bisa mendapatkan kedamaian di dalam hati saya setelah tanpa sadar menarik jaring pukat saya di atas jaring nelayan lain yang sedang diperbaiki di suatu tempat tertentu. Saya hanya menyadari bahwa saya telah merusaknya ketika hari mulai fajar. Saya pikir saya punya alasan yang sah karena saya sedang memancing di malam hari dan saya tidak dapat melihat pelampung yang menandai posisi jalanya. Tuhan punya pemikiran lain! Dia menyuruh saya pergi ke rumah pemilik jala dan membayar uang tunai untuk mereka.

 

Pertobatan sejati mempengaruhi kelakukan Anda. Hidup Anda akan mulai berubah ketika Roh Allah menempatkan jari-Nya di area kehidupan Anda yang Ia ingin Anda perbaiki. Saran saya adalah supaya Anda bertanya kepada Tuhan bidang mana dalam hidup Anda yang Dia inginkan untuk dibenahi dan buatlah strategi atau kebiasaan yang akan membawa area itu di bawah kendali Kristus.

 

29Pada keesokan harinya Yohanes melihat Yesus datang kepadanya dan ia berkata: “Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia. 30Dialah yang kumaksud ketika kukatakan: Kemudian dari padaku akan datang seorang, yang telah mendahului aku, sebab Dia telah ada sebelum aku. 31Dan aku sendiripun mula-mula tidak mengenal Dia, tetapi untuk itulah aku datang dan membaptis dengan air, supaya Ia dinyatakan kepada Israel.” 32Dan Yohanes memberi kesaksian, katanya: “Aku telah melihat Roh turun dari langit seperti merpati, dan Ia tinggal di atas-Nya. 33Dan akupun tidak mengenal-Nya, tetapi Dia, yang mengutus aku untuk membaptis dengan air, telah berfirman kepadaku: Jikalau engkau melihat Roh itu turun ke atas seseorang dan tinggal di atas-Nya, Dialah itu yang akan membaptis dengan Roh Kudus. 34Dan aku telah melihat-Nya dan memberi kesaksian: Ia inilah Anak Allah. (Yohanes 1:29-34)

 

Pertanyaan 4) Mengapa Yohanes menyebut Yesus Anak Domba Allah daripada menyebut-Nya Singa dari Suku Yehuda? Apakah yang penting tentang sebutan Yesus sebagai Anak Domba?

 

Kesaksian Yohanes Pembaptis adalah bahwa Yesus ialah Mesias. Dia telah menyaksikan Roh Kudus turun dari sorga dan tinggal di atas Yesus. Bapa telah memberitahunya bahwa ketika dia melihat Roh turun pada seseorang dan tinggal di atas-Nya, Dialah Mesias itu! (ay. 33).

 

Apakah Anda berada di tempat yang kering dan tandus dalam perjalanan rohani Anda saat ini? Bagikan pengalaman Anda saat ini dengan satu sama lain dan saling mendoakan. Berdoalah bagi mereka yang secara khusus merasa bahwa mereka berada padang gurun dan perlu mendengar Tuhan untuk sesuatu yang sedang mereka alami. Jika Allah telah berbicara kepada Anda tentang suatu area dalam kehidupan Anda yang Anda rasakan masih berakar dalam dosa, maka bertobatlah, berbaliklah dari dosa Anda, dan mintalah pertolongan Allah.

 

Keith Thomas

Website: www.groupbiblestudy.com

Email: keiththomas@groupbiblestudy.com

 

bottom of page